Home » » Tanjung Bira, Menyajikan Keindahan dan Keramahan

Tanjung Bira, Menyajikan Keindahan dan Keramahan

     Birayang, kota kecil di kaki pegunungan Meratus, tempat lahir, belajar merangkak, berlari, hingga bisa meletakkan jari pada keyboard laptop untuk coret-coret di blog usang ini. Sebagai seorang perantau yang jauh dari kampung halaman, seringkali saya memasukkan nama kota kecil ini di kotak pencarian google, guna mencurahkan rindu, sekedar iseng, ataupun baca-baca beberapa tulisan yang memuat "Birayang" pada tulisannya.
     Suatu ketika saya pernah keliru sewaktu ingin memasukkan kata kunci "Birayang" pada kotak pencarian di Google, dari maksud awal "Birayang" menjadi "Bira yang" (terpisah oleh spasi). Alih-alih mendapati tulisan yang mengulas tanah lahir, saya malah disuguhkan dengan gambar serta tulisan yang mengulas tentang keindahan pantai yang ada di Bulukumba, Sulawesi Selatan, yaitu Tanjung Bira. Inilah awal saya tau tempat ini dan bisa melihat foto-foto maupun tulisan yang menggambarkan tentangnya. Pantai pasir putih, dengan tebing karang dan gradasi biru lautnya.
     Setelah bertahun-tahun hanya bisa melihat Tanjung Bira dari balik layar, akhirnya sepulang dari Toraja saya bisa melihat langsung keindahan Tanjung Bira ini, dimana sebelumnya harus menempuh perjalanan dengan durasi kurang lebih 14 jam dan tiga kali ganti angkutan.. Dari Toraja naik bus malam menuju Makassar, tiba di Makassar naik mobil panther ke Bulukumba, dan dari Bulukumba hendak ke Tanjung Bira menggunakan mobil angkot yang sesaknya minta ampun.

Tebing karang dan gradasi biru lautnya

     Dari beberapa kali ganti angkutan inilah saya berkenalan dengan Lika, wanita dengan perawakan kurus, usia kira-kira 30 an. Saya menumpang angkutan yang sama dengannya sewaktu dari Makassar, Lika baru pulang dari kampung halamannya di Palopo, ia bekerja di salah satu resort yang ada di pantai Bara, tidak jauh dari pantai Tanjung Bira.

"Ayo, kau ikut ke rumahku saja, kau bisa istirahat dulu disana" Seloroh Lika mengajak saya setiba angkot yang menghantarkan kami berhenti tak jauh dari Tanjung Bira. Saya serahkan sepenuhnya kepercayaan saya dengannya, entah apa yang membuat saya yakin kalau dia adalah orang yang baik tanpa ada niat jahat sedikitpun.

"Kau ke rumahku saja man, kau istirahat dulu, nanti kalau ke pantai bisa aku atau anak-anak saja yang antar !"

     Kurang dari 5 menit saya sudah tiba di rumah Lika, didepan rumahnya ada lapangan voli berlantaikan semen dengan pasir-pasir putih yang digunakan sebagai garis-garisnya. Sepertinya lapangan voli ini sudah lama tak terpakai, tak terurus dan nampak di beberapa bagian semen yang terkelupas sudah banyak ditumbuhi rerumputan. Didalam rumah sudah ada teman-teman Lika yang menunggu, sepasang muda-mudi. Lika memberitahu kalau yang laki-laki itu namanya Yandre dan wanita muda yang duduk dikursi depan meja makan dan sedang sibuk sisiran itu isterinya Yandre.

Pasir putih nan halus bagai bedak

     "Taruh saja barang-barang kau disini, anggap saja rumah sendiri man, aku mau masak dulu biar kita nanti makan sama-sama, ya kan Ndre ? Kata Lika yang dibarengi oleh anggukan Yandre.

     Sambil menunggu Lika masak, saya ngobrol-ngobrol dengan Yandre, dia nanya tempat asal saya dan apa tujuan saya datang ke Tanjung Bira. Yandre ini orangnya baik, asyik diajak komunikasi, bahkan sewaktu saya mengutarakan keinginan saya untuk menginap dengan memasang tenda di Pantai Bara dia menawarkan diri untuk mengantarkan saya dengan motornya. Pantai Bara memang tidak begitu jauh dari pantai Tanjung Bira, namun akses jalan yang dilewati belum beraspal, masih berupa jalan tanah berbatu serta belum begitu banyak wisatawan walaupun disana sudah ada beberapa resort milik bule, yang pastinya mahal !
     Lika selesai dengan masak-masaknya, ikan laut dengan lauk mie kuah dihidangkan, saya makan bersama-sama dengan mereka, ada kehangatan, keramahan dan rasa kekeluargaan disini, mereka menerima saya dengan sangat baik. Sambil makan Lika cerita tentang pengalamannya sewaktu mengantar beberapa turis ke Takabonerate dan Raja Ampat yang semuanya serba gratis, saya ngiler dan iri dibuatnya.

 Mengais rezeki di pantai Tanjung Bira

     Sehabis makan Yandre memberitahu kepada Lika perilahal keinginan saya yang ingin menginap dan pasang tenda di Pantai Bara. Lika menyanggah dan menganjurkan saya untuk menginap dirumahnya saja, sama-sama dengan Yandre dan isterinya. Dia juga memberitahu kalau di Pantai Bara itu masih sepi, dan dia menyarankan kalaupun saya ingin menginap dan pasang tenda di pantai lebih baik di pantai Pasir Putih saja. karena disana sudah banyak orang dan ada warung-warung kalau ingin beli makanan. Pantai Pasir putih yang Lika maksud yaitu Pantai Tanjung Bira. Saya menolak halus tawaran baiknya dan tetap ingin menginap dan pasang tenda di Pantai Bara dengan beralasan saya sudah bawa tenda dan beberapa perlengkapan lainnya yang sudah dipinjamin oleh Enda, teman saya dari Makassar Backpacker. Akhirnya Lika pun menerima alasan saya dan dia memberi saya Kue Bagea, sejenis makanan ringan terbuat dari sagu yang ia bawa dari Palopo.
     Sebelum pergi ke Pantai Bara diantar dengan motornya Yandre, terlebih dahulu saya jalan-jalan ke Pantai Tanjung Bira, Yandre sempat ingin mengantar, namun saya menolak dan memilih untuk jalan kaki saja ke Pantai Tanjung Bira. Pantainya indah, banyak wisatawan disini walaupun bukan hari libur, berpasir putih, gradasi biru lautnya membuat mata enggan berkedip, belum lagi jejeran tebing-tebing karangnya yang melengkapi keindahan pantai ini. Hampir 2 jam saya leyeh-leyeh di pantai ini, padahal kala itu mentari sedang panas-panasnya, seakan hanya berjarak sejengkal diatas ubun-ubun.

Terimakasih Tanjung Bira, selain indah engkau juga menyajikan keramahan !

SHARE

About Tagantar Dot Com

7 komentar :

  1. Ini adalah salah satu destinasi yang ada dicatatanku mas, walau lahir ditengah-tengah pulau (Karimunjawa) tapi mendengar nama Tanjung Bira langsung ingin ke sana.

    BalasHapus
  2. Wah, saya mau ke Karimunjawa mas, msh nabung2 :D ! Ayo ke Tjg Bira, ajak saya juga ! :D

    BalasHapus
  3. Udah pernah kesini duluu~ tapi cuma sebentar karena harus lanjut ke suku kajang :D

    BalasHapus
  4. Suku Kajang yang pake baju hitam2 itu kan kak !

    BalasHapus
  5. Tanjung bira ramai nya bukan main, waktu main kesana kayak ancol rame nya ihik ihik ihik. Tapi keren sech tempat ini :-0

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak Cumi, kmren waktu saya main ke sana juga bukan main ramenya, padahal bukan hari libur !

      Hapus
  6. Kepentok dana ka, mau kesana :( tapi pengen

    BalasHapus