Home » » Kelayapan di Lemo dan Lokomata

Kelayapan di Lemo dan Lokomata

     Kebanyakan dari yang namanya "boneka" itu pastilah lucu, imut, dan gemesin, terbuat dari plastik dan biasa di pajang pada rak indah di toko-toko. Lain halnya dengan yang satu ini, memang masih sebelas-duabelas dengan boneka (entah mana yang sebelas dan mana yang duabelas), terbuat dari kayu dan dipajang di dinding-dinding bukit berbatu yang dijadikan tempat pemakaman ! Gimana.. Masih lucu ? Imut ? Gemesin ?
      Benda-benda kayu mirip boneka ini (orang Toraja nyebutnya "Tau-Tau") banyak dijumpai dibeberapa komplek pemakaman yang ada di Toraja, dan salah satunya di Lemo. Namun jika boleh saya membandingkan antara "Tau-Tau" yang ada di Lemo dengan "Tau-Tau" yang ada di komplek pemakaman yang lainnya, menurut saya "Tau-Tau" di Lemo lah yang menjadi favorit saya, selain view tebing-tebing batunya nan juara, "Tau-Tau'" di Lemo juga lebih banyak dan tertata rapi

Tebing batu di Lemo dengan makam-makamnya

     Sebelum memasuki komplek pemakaman dengan tebing-tebing indahnya, di Lemo juga terdapat deretan tongkonan dan berdekatan dengan gereja. Ketika saya datang di Lemo, suasana nya sudah begitu ramai oleh wisatawan, tak terkecuali wisatawan asing. Bagi anda yang suka belanja souvenir tentu tak perlu khawatir, banyak kok tersedia toko-toko yang menjual souvenir khas toraja disini. Saya tidak membeli satu apapun disini (dengan alasan berhemat) , hehe.. cuma ngobrol-ngobrol sok akrab dengan ibu-ibu yang sedang jaga barang dagangannya sembari tanya-tanya mengenai tujuan saya berikutnya, yaitu Lokomata di Batutumonga, bagian utaranya Toraja.

 "Tau-Tau" di Lemo

     Setelah eksplore keindahan Lemo, saya pun bertolak menuju Batutumonga untuk menyambangi Lokomata yang notabenenya harus kembali ke titik 0 perjalanan awal (Rantepao) guna menuju bagian utara Toraja. Setiba di kota Rantepao dan melewati jembatan beton, disini saya dibingungkan dikarenakan terdapat persimpangan, ambil kiri ? kanan ? dengan PD nya saya ambil kiri. Dan setelah melewati perjalanan kurang lebih 1 km baru saya bertanya dengan warga sekitar, yang akhirnya dari jawaban tersebut ini benar jalan yang akan menuju ke Batutumonga. Dengan mantap saya meneruskan perjalanan !

     Sudah 40 menitan di perjalanan saya belum juga sampai di Batutumonga, barang tentu ini ngebuat saya ragu, belum lagi kondisi jalan yang dialui benar-benar tidak mulus, alias banyak terdapat lubang dan berbatu-batu, sepi serta terus-terusan menanjak. Setelah melihat ada warung minum dan banyak bapak-bapak ngopi dengan balutan sarung di badan (memang suhu disini terbilang dingin walaupun kala itu mentari sudah benar-benar nampak), ini kesempatan bagi saya untuk bertanya ! (dasar tukang tanya)

..... "Iya dek, betul ini menuju Batutumonga, masih jauh kira-kira 5 km lagi lah" ujar salah satu bapak
......"Ahh.. 5 km jauh ? ngga pak" Gumam saya dalam hati.

     Dan ternyata.. memang benar menurut saya jarak 5 km nya itu tidak begitu jauh, namun kondisi jalannya lah yang jauh, jauh dari nyaman ! Argghh.. Disamping itu ada pula nilai lebihnya, disini saya bisa melihat keseluruhan kota Rantepao, Wow ! Luar biasa indah.


Keseluruhan kota Rantepao bisa dilihat dari sini

     Setelah melewati jalan dengan kondisi "jauh" tersebut tibalah saya dipersimpangan dengan kondisi jalan yang mulus, kali ini tidak lagi bertanya, hanya bermodal keyakinan saya belok kiri yang kemudian menghantarkan saya di Lokomata. Sampai di Lokomata dan membayar Rp 10.000 serta ngisi semacam buku absen (isi dengan nama dan daerah asal) dan sempat ngobrol dengan petugas jaga yang kemudian memberitahu saya kalau jalan menuju Lokomata itu ada 2, yaitu lewat Pangli dan Tikala. Dan jalur Tikala inilah yang sebelumnya saya lewati.
     Disini, di Lokomata dengan batu besarnya yang berisikan beberapa makam, saya hanya bertemankan wisatawan asing, suami-isteri dengan satu orang anak perempuannya umur 4 tahunan yang bernama Enggrid, anak imut dengan langkah kecil dan rambut pirangnya !

 Lokomata, Batu besar yang dijadikan tempat pemakaman
     Dari Lokomata saya kembali ke Rantepao yang kali  ini melewati jalur Pangli dengan kondisi jalan mulus dan nyaman. Setiba di Rantepao saya menuju Mesjid untuk menunaikan shalat dzuhur yang sudah hampir habis waktu, dikarenakan sudah hampir mendekati shalat ashar. Sehabis shalat ashar saya bertemu dan berkenalan dengan mas Cuka, traveller dari Yogyakarta yang ternyata sebelumnya satu pesawat dengan saya dari Banjarmasin ke Makassar, mas Cuka kerja di Pulang Pisau (Kalimantan Tengah) lagi ngambil cuti dan liburan ke Toraja sebelum balik ke kota asalnya di Yogyakarta. Sehabis Ashar saya jalan bareng mas Cuka keliling kota Rantepao dan ditraktir kopi toraja di Romto Coffe, tak jauh dari pasar bolo. Benar-benar beda rasanya nyeruput kopi toraja langsung dari daerah asalnya ! :D
     Sehabis ngopi dan leyeh-leyeh di Romto Coffe, saya diajak kembali oleh mas cuka warung makan Pong Buri' untuk menikmati kuliner khas Toraja, lagi-lagi disini ditraktir sama mas Cuka. Sepertinya warung makan Pong Buri' ini sudah terkenal dimana-mana, terlebih buat para pecinta kuliner. Ini dapat dilihat dari banyaknya bingkai-bingkai berisi bubuhan tanda tangan dan nama dari beberapa selebritis Indonesia yang terpajang di dinding warung.
     Tak terasa waktu sudah beranjak sore dan sinar mentari murai meredup, kembali keperaduan. Saya dan mas Cuka kembali ke Mesjid untuk bersiap shalat maghrib , antar motor sewaan dan setelahnya lanjut shalat isha. Sehabis isha menuju pool bus Batutumonga untuk kembali ke Makassar dan melanjutkan perjalanan saya berikutnya. Saya dan mas Cuka beda Bus, dikarenakan tiket balik kami masing-masing sudah terlanjur dibeli sewaktu tiba di Toraja sebelumnya, mas Cuka pun punya itinerary sendiri yang dengan tujuan berikutnya "Rammang-Rammang" di Kabupaten Maros, sedangkan perjalanan saya berikutnya yaitu ke Bulukumba, bertandang di pantai Tanjung Bira dan menyepi di pantai Bara.
SHARE

About Tagantar Dot Com

10 komentar :

  1. pas banget...
    kebetulan ada teman yang mau ngajakin ke toraja...
    baca dulu biar gak kampungan ntar.... hahahah *gubrak

    BalasHapus
  2. Hehee... silahkan di baca kak. semoga berkenan dan bisa menghibur ! :D

    BalasHapus
  3. menghibur kok apalagi tuh meriah bangt ada lampu kerlap kerlipnya.. #eh

    BalasHapus
  4. mistis juga ya bang.. kapaan bisa kesana..

    BalasHapus
  5. @Syifa : Justru itu yg jadi nilai lebih bagi para pelancong :D
    @Bborneo : Hee,, kpan jg bisa ke Raja Ampat ky p :D

    BalasHapus
  6. Eh udah ke toraja tapi belum yang kesini :( kemarin ke desa apa gitu lupa :P secara agak parno kalau ngunjungi makam, jadi kurang bisa fokus :D apalagi tana toraja ini auranya mistis selalu~

    BalasHapus
  7. Heheee ... kalau jemuran di pantai ngga parno kan ka ? Pasti betah melek nya :D

    BalasHapus
  8. Tobat dech nyetir ke lokomata, jalanan ancur banyak lubang waktu kita kesana :-(
    Tapi lemo mmg menarik, suka ama tau2 nya yg rapi dan baju nya masih bersih hahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha,, saya juga lewat jalan rusak itu kemaren,, ampuuun !!
      Hah, kak Cumi liat tau-tau yg baju nya abis di Laundry.. #ehh

      Hapus