Pelaksanaan upacara-upacara ritual keagamaan khususnya di pulau Kalimantan merupakan salah satu dari sekian banyak kekayaan leluhur. Dan ini merupakan salah satu budaya bangsa yang masih ada dan dan sudah sepatutnya ini harus di pertahankan.
Di Kalimantan selatan semua suku bukit / dayak bukit / atau sekarang lebih dikenal dengan sebutan dayak meratus terdapat upacara keagamaan yang beraneka ragam, Salah satu contohnya upacara keagamaan yang ada di Desa Labuhan, Kecamatan Batang Alai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah terdapat upacara keagamaan yang sangat beraneka ragam, Salah satunya adalah upacara Aruh yang merupakan persembahan hasil panen kepada Nining Bahatara, Aruh mempunyai tingkatan yakni tingkatan yang terkecil disebut Mahanyari, tingkatan sedang disebut Aruh Baduduk, dan tingkatan yang besar atau utama disebut Aruh Bawanang.
Dalam ruang lingkup Aruh Baduduk terdapat berbagai tahapan atau proses upacara. Diantaranya tahapan persiapan yaitu musyawarah keluarga, menyiapkan sarana dan prasarana, serta basaruan (mengundang seluruh warga). Sedangkan tahap pelaksanaan diantaranya basarah, badarah hidup membuat perlengkapan sesajen, basaji, bawanang, dan tahap ahir bapamali, dan babagi baras banyiru.
Dari tahapan-tahapan upacara aruh baduduk terdapat upacara yang juga mempunyai tahapan didalamnya yaitu badarah hidup. Upacara ini tergolong upacara yang sangat penting sebelum upacara puncak. Karena upacara ini adalah upacara penyucian jiwa puhun / penyelengkara upacara. Upacara badarah hidup merupakan upacara pendahuluan yang bertujuan menumbukkan kebanggaan jiwa dan semangat sehingga dalam melaksanakan persembahan benar-benar dalam keadaan suci dan bersemangat. Disamping itu juga sebagai penyucian tempat/rumah dilaksanakan upacara aruh baduduk dan juga memohon kepada Nining Bahatara serta roh-roh suci leluhur agar melindungi dari pengaruh-pengaruh negatif sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam menjalankan aktivitas keagamaan yang bersifat local, masyarakat di desa labuhan pada khususnya tidak lepas dari peranan para sandaran/balian, balian/sandran berperan penting dalam memuput atau memimpin jalannya upacara tersebut, begitu juga dalam upacara badarah hidup.
Di desa labuhan balian atau sandaran digolongkan ke dalam tiga tingkatan sebagai berikut:
- Balian Tuha/Guru Jaya yaitu balian yang paling tua.
- Balian tinggi ialah balian yang tergolong tingkatan menengah
- Balian muda ialah balian yang baru mangguru atau baru belajar.
Proses pelaksanaan badarah hidup
- Basarah
Dalam acara ini berisikan permohonan kepada para balian agar mereka berkenan memimpin uapacara.
- Susulan Iringan
Susulan adalah pertanyaan kepada puhun yang berisikan iringan gaduhan dan roh-roh leluhur yang akan di undang atau didatangkan .
- Susulan Sandaran
Penentuan balian yang berhak nemuput atau memimpin jalannya upacara.
- Barabun
Cara penyucian dengan barabun ialah dengan cara mengarahkan asap dahupa atau menyan kepada balian, sarana, dan dalam rumah tempat dilaksanakannya upacara badarah hidup.
- Bahundangan
Dalam upacara badarah hidup didesa labuhan tidak hanya manusia saja yang diundang tetapi mahluk yang tak dapat dilihat sampai dengan Tuhan Yang Maha Esa dan roh-roh leluhur. Dalam pelaksanaan upacara badarah hidup yang didatangkan adalah sebagai berikut:
- Nining Bahatara ialah sebutan Tuhan Yang Maha Esa bagi masyrakat etnik bukit/dayak bukit/dayak meratus di Kalimantan selatan pada umumnya.
- Iringan Gaduhan manisfestasi nining bahatara
- Kariu ialah roh suci leluhur yang pernah memegang peranan sebagai pemerintah desa, dan lain-lain………….
Setelah balian yang memimpin upacara badarah hidup membacakan mantara ayat balian maka acara selanjutnya adalah upacara badarah hidup. Pertanda datangnya undangan tersebut biasanya di tandai dengan merindingnya bulu kuduk.
- Badarah hidup
Puhun mengambil sikap duduk biasanya bersila menghadap kearah balian guru jaya, tangan balian guru jaya memegang tangan kiri tepatnya di ujung jari dan mulai membacakan mantra suci ayat balian, sedangkan tangan sebelahnya memegang daun hati-hati atau daun kesalan yang berwarna merah, bunga ungkun atau tulasi , bulu hayam dan kambang tahun, kemudian mengibas-ngibaskan daun hati-hati, bunga ungkun, bulu hayam dan kambang tahuntadi daru ujung jari sampai ke atas kepala, setelah selesai penyucian tangan kiri, kemudian balian guru jaya memegang ujung njari kanan puhun yang akan didarah hidupi dan tangan sebelah tetap memegang daun hati-hati, ungkun, hayam, tahun, dan seterusnya………….
- Membulikakan Hundangan
Mengembalikan kembali roh-roh suci yang dihadirkan dalam upacara badarah hidup tersebut.
- Kegitan Penutup
Menandakan bahwa upacara telah terlaksana dengan baik, maka puhun langsung basusurung nasi dan lauk pauk, setelah semua telah tersedia maka balian melaksanakan bahihimpat. Setelah selesai maka semua balian dan undangan makan bersama, sebelum balian pulang, perwakilan puhun meminta ijin lagi kepada balian agar bamamang pada malam arinya nanti setelah semua bantennya di sipakan untuk dipersembahkan. Lain halnya dengan tamu, mereka mulai mengolah kue-kue sesajen yang akn dipersembahkan kepada Nining Bahatara serta roh-roh suci.
Dan adapun tulisan diatas diambil dari salah satu tulisan sahabat saya Rio Andresten dalam salah satu dokumen di Bubuhan Kulaan Urang Alai Borneo yang dimana saya sudah meminta izin sebelumnya untuk memposting kembali dalam blog ini ! " I Love Borneo"
Astaga, auk hanyar haja tahu..makasih mang lah..
BalasHapus@weblog ask_ hehe.. sama-sama dingsanak !!
BalasHapusHappy Blogging ! :) hehe